Asri AyuSyar'i

Senin, 15 Agustus 2022

Bayat, Mengajarkan Kami Tetap Kuat


            Bayat, Mengajarkan Kami Tetap Kuat.

                          Penulis: Asri Istiqomah



       Pagi itu, 26 Mei 2006, sekira pukul enam kurang aku tengah menikmati sarapan sambil melihat televisi. Tiba-tiba aku merasa seperti diayun-ayun beberapa detik, tapi aku gak terlalu ngeh. Aku pikir anemia-ku kambuh, jadi aku lanjut makan saja. 

Tapi orang-orang rumah mulai heboh. 

"Apa ana lindu?" Tanya ibuku. 

Gempa? Apa iya? 

"Napa nggih, Bu? Kirain tadi cuma aku yang pusing nggliyeng aja." 

Dan rasa penasaran kami terjawab saat televisi memberitakan bahwa telah terjadi gempa dengan kekuatan 5,9 SR di Jogjakarta dan sekitarnya. 

Saat itu aku berpikir, masak gempanya terasa sampai Sragen, sih? 

Ibu tampak khawatir karena salah satu kakakku tinggal di Jogja pada saat itu, lalu menyuruh bapak menelepon.

Aku juga segera menghubungi beberapa teman kampus di Solo. Dan mereka mengatakan juga merasakan getaran gempa itu. 

Dan tak berapa lama ada SMS dari salah satu senior di organisasi kampus bahwa akan dibentuk relawan untuk misi kemanusiaan di Jogja dan sekitarnya. Dan kami semua diminta bersiap siaga jika sewaktu-waktu diminta menjadi relawan.

Sepekan setelah kejadian.

Aku dan beberapa teman kampus berkumpul untuk pemberangkatan ke daerah terdampak gempa Jogja. Sebelumnya kami sudah di-briefing sekaligus mendapat pelatihan dasar untuk menjadi relawan bencana alam. Dan karena  hal itu adalah pengalaman baru bagiku, tentu saja itu membuatku bersemangat. 

Kami lalu berangkat menuju tempat bencana menggunakan sepeda motor. Aku sendiri berboncengan dengan salah satu adik kelas beda fakultas, sebut saja Eni. Kami baru kenalan saat dijadikan satu partner untuk misi kemanusiaan ini, jadi aku belum begitu mengenalnya saat itu. Okelah, nanti bisa kenalan lebih lanjut saat di posko.

Singkat cerita, aku dan Eni ditempatkan di salah satu posko di daerah Bayat Klaten. Bayat ini termasuk salah satu kecamatan yang terdampak gempa. Cukup banyak bangunan yang roboh, dan sejumlah warga menjadi korban, serta ada beberapa titik pengungsian di sana. Kami akan bersinergi dengan relawan asli Bayat. 

Posko kami bertempat di salah satu sekolah dasar. Saat kami datang, suasana posko tidak seperti pengungsian. Tapi terdapat banyak sekali amunisi bencana, seperti bahan makanan, pakaian layak pakai, susu dan perlengkapan bayi,  sampai keperluan rumah tangga lain. 

"Ini bukan posko pengungsian. Tapi ini gudang amunisi untuk korban bencana." Kata Mas Jinan menjelaskan.

Oh, ya, Mas Jinan ini adalah salah satu relawan asli Bayat yang akan membantu kami di posko. Dia juga yang nanti akan menjadi komando untuk kegiatan relaowan di daerah tersebut. 

Setelah briefing singkat, aku dan Eni dipersilakan untuk menempatkan barang bawaan kami di salah satu ruangan. Ruangan ini nantinya akan menjadi tempat istirahat kami selama beberapa hari di sana. 

Ternyata ruangannya juga bukan seperti kamar pada umumnya. Banyak barang amunisi yang memenuhi ruangan itu, dan tersisa beberapa meter untuk kami istirahat. Ya, kami harus maklum, namanya juga di tempat bencana, maka relawan harus bisa menempatkan diri dan beradaptasi dengan kondisi apapun di sana. 

Kembali kepada tugas kami. Sebagai relawan di posko amunisi, kami lebih banyak berada di posko untuk melakukan serangkaian tugas terkait amunisi bencana. Seperti mencatat amunisi yang datang, mencatat amunisi yang tersalurkan, menyiapkan amunisi, sekaligus menata amunisi agar rapi. Oh ya, karena ini posko amunisi, maka banyak relawan dari berbagai titik di daerah Bayat yang datang untuk mengambil amunisi bencana. Relawan inilah yang akan menyalurkan ke berbagai daerah itu. Kami juga bertugas menyiapkan apa saja yang dibutuhkan oleh relawan tersebut.

Tetapi, meski tugas utama kami adalah di posko amunisi, tapi beberapa kali kami juga harus mengunjungi titik-titik pengungsian untuk memberikan trauma healing kepada anak-anak di pengungsian. 

Kalau di pagi hari, kami mengunjungi titik pengungsian di desa yang tak jauh dari posko. Kami bertugas mengajari anak-anak untuk senam bersama dan sarapan bersama. Kami juga bermain beberapa permainan tradisional seperti petak umpet, betengan, dan lain-lain. Tak lupa, kami membawa beberapa amunisi untuk anak-anak, ada permen, roti, snack dan alat tulis agar mereka tetap semangat untuk belajar. 

Yang paling menyentuh adalah ketika mereka bercerita tentang kejadian gempa sepekan lalu. Beberapa anak masih berceloteh riang, seperti tidak terjadi apa-apa. Tapi sebagian yang lain tampak bersedih.

"Simbahnya meninggal, Mbak." Kata seorang anak menjelaskan kepada kami, sambil menunjuk salah satu anak yang banyak diam.

Aku mengangguk. 

"Insya Allah, simbah masuk surga. Jangan sedih lagi, ya," kataku menenangkan. Dan anak laki-laki pendiam itu mengangguk sambil tersenyum. 

Saat matahari mulai meninggi, kami pamit untuk kembali ke posko. Mungkin jika tidak ada tugas lain, kami akan datang lagi esok hari. 

Kami saling melambaikan tangan saat  berpisah. Aku tersenyum haru saat beberapa anak laki-laki ikut berlari di belakang motor kami.

"Dadaaaah!"

***

Tugas di posko kembali sibuk, karena amunisi tambahan berdatangan. Kami harus segera mencatat dan menempatkannya di ruangan yang telah disediakan. 

Beberapa pesan di SMS terbaca. Salah satunya teman kampus yang mengingatkan tugas kuliah.

Duh, dalam kondisi seperti ini sangat sulit bagiku memikirkan tugas kuliah. Tapi aku berterima kasih kepada temanku itu, karena sudah mengingatkan hal itu. Ya, meski mungkin aku baru akan mengerjakan tugas setelah aku pulang ke Solo. Toh, hanya beberapa hari aku jadi relawan di sini, tak sampai seminggu. 

"Mbak-mbak, nanti sore kita akan mengunjungi salah satu posko pengungsian di daerah Bayat Selatan. Nanti ada TPA (Taman Pendidikan Al Qur'an) di sana. Minta tolong ya, salah satu Mbak bisa menyiapkan apa gitu. Bercerita, atau menyanyi lagu islami." Kata Mas Jinan tiba-tiba.

Aku dan Eni saling pandang. Aku menyuruh Eni yang bercerita nanti di TPA, tapi dia malah ketawa.

"Mbak, wae, lho. Kan udah biasa berbicara di depan orang banyak." Jawab Eni.

"Jauh gak, Mas, tempatnya?" Tanyaku ke Mas Jinan.

"Lumayan jauh, dan medannya agak naik nanti." Pemuda itu menjelaskan.

"Tenang, Mbak. Aku ntar yang boncengin Mbak. Tapi Mbak yang nyiapin acara buat anak-anak TPA-nya." Kata Eni. 

Aku setuju.

Sore harinya, selepas asar, kami sudah siap dengan motor kami. Mas Jinan lebih dulu berkendara di depan kami, karena dia yang lebih tahu tempatnya. Dan benar kata Mas Jinan, tempatnya jauh dan cukup terpencil, plus agak ke atas bukit. 

Awalnya kami gak begitu paham kenapa posko pengungsiannya ada di tempat yang agak tinggi. Tapi setelah kami tahu, ternyata dipilih tempat yang agak tinggi karena saat gempa sepekan lalu sempat beredar kabar akan terjadi tsunami. Jadi orang-orang memilih mencari tempat mengungsi yang lebih tinggi.

Sesampai di posko pengungsian, kami langsung menuju salah satu mushala. Di sana sudah berkumpul puluhan anak-anak dan beberapa guru TPA. 

Meski dengan keterbatasan tempat, ternyata anak-anak begitu antusias mengikuti acara TPA setiap sore selama di posko pengungsian. Orangtua mereka juga merasa senang, karena anak-anaknya jadi ada kegiatan positif. 

Dan akhirnya aku benar-benar berdiri di depan puluhan anak-anak itu. Aku coba ingat kembali pengalaman beberapa tahun lalu saat menjadi guru TPA di desaku. Lalu, bismillah, aku mulai bercerita tentang nabi dan rasul. Sesekali aku melempar pertanyaan kepada mereka agar mereka antusias. Sebelum aku mengakhiri sesi bercerita, aku mengajak anak-anak main tepuk-tepuk. Ada tepuk anak shalih, tepuk rukun Islam, dll. Aku terharu ketika mereka semua menyambutnya dengan bersemangat. 

Akhirnya, setelah sekian lama aku hiatus dari mengajar TPA, aku bisa merasakan kembali 'ruh' mengajar TPA itu. Dan setelah salat magrib, kami pamit untuk kembali ke posko amunisi.

***

Empat hari aku dan Eni bertugas di posko amunisi, kini sudah saatnya kami pamit untuk kembali ke Solo. Esok hari, rekan kami yang lain akan menggantikan tugas kami di posko ini. 

Sebelum pulang kami sempatkan berpamitan dengan anak-anak di sekitar posko amunisi, juga kepada beberapa orangtua yang sejak awal menyambut kami dengan hangat. Perasaan kami bercampur aduk. Sedih harus meninggalkan mereka, tetapi tugas kami di kampus juga tengah menunggu. 

Setelah saling mendoakan kami pamit pulang dengan membawa sejuta kenangan. Ada sedih, ada letih, tapi tercelup dalam belanga bahagia. Ya, kami bahagia pernah menjadi bagian dari mereka.

Bayat, terima kasih telah mengajarkan kami untuk tetap kuat. 


Jumat, 12 Juli 2019

Review Safi Age Defy (Cream Cleanser + Deep Exfoliator + Concentrated Serum)




Assalamualaikum.

Yeee, tayang lagi 😂

Alhamdulillah, kali ini saya mau review produk skincare nih. Yaitu, Safi Indonesia seri Age Defy.

Safi Age Defy ini adalah produk skincare dari Safi yang fokus untuk perawatan dan pencegahan aging atau penuaan dini.

Duh, pastinya semua senang dong, kalau selalu awet muda. Nah, mungkin Sahabat AyuSyar'i bisa mencoba skincare yang satu ini.

Tapi, biar mantep, bisa dibaca dulu review dari saya. Cekidot!

Kali ini saya akan review 3 produk Safi Age Defy. Yaitu, Cream Cleanser, Deep Exfoliator, dan Concentrated Serum.

Satu per satu yesss!
1. Cream Cleanser


Produk ini sebenarnya adalah facial foam, jadi memakainya kayak pake sabun muka gitu, deh.
Mengandung Gold Extract dan Silk Protein.
Pas saya pakai hampir seminggu, rasanya enakeun banget. Gak kaku, gak kering, gak kesat, pokoknya lembuuut.


Oh, ya. Selama ini saya pake facial foam-nya sabun bayi lho, karena pake yang lain gak cocok. Cenderung kesat dan kaku. Trus gak lama kemudian berminyaaaak banget. Duh, muka eyke udah berminyak jadi tambah berminyak deh. Makanya pilih sabun bayi buat muka, dan alhamdulillah cocok.
Pas nyobain Cream Cleanser Safi Age Defy ini, rasanya langsung jatuh cinta.
Suka banget. Lembuuut banget, tapi gak bikin berminyak.
Biasanya saya pake 3 kali, pagi, sore, dan malam sebelum pake perawatan malam.

2. Deep Exfoliator.


Deep Exfoliator ini semacam scrub atau peeling ya. Sejauh ini saya nyaman pake Safi Deep Exfoliator, meski gak merasa ada bedanya dari exfoliator/scrub yang lain.
Tapi so far, enak aja. Baunya juga gak menyengat. Lembut banget.


Oh, ya. Pake Deep Exfoliator ini 1-2 kali seminggu jangan lebih dari itu, karena justru membuat kulit wajah teriritasi.

3. Concentrated Serum


Produk yang ketiga yang saya review adalah Safi Concentrated Serum Age Defy.
Serum ini sama dengan seri Age Defy lainnya, mengandung Gold Extract dan Silk Protein. Bahkan butir goldnya keliatan lho.

Gimana rasanya pas pake?
Enakeun bangeeeet. Suka banget deh. Kalau biasanya saya pake serum lain, ya enak juga, kenyal dan segar, tapi serum yang satu ini lebih dari itu.



Rasanya benar-benar ternutrisi dan jadi glowing banget. Pori-pori juga mengecil. Lembut dan kenyal banget.
Awalnya kaget sih, kan kulit wajah saya berminyak banget, kok pake seri gold extract dan silk protein kok gak nambah berminyak tapi malah jadi lembab banget.

Berapa harga produk Safi Age Defy?
Secara umum harga Safi age Defy memang cukup mahal bagi sebagian wanita. Tapi percayalah, ada harga ada rupa, ada harga ada hasilnya.

Bagi saya, harga Safi Age Defy pas untuk hasil yang memuaskan.


Apakah saya akan repurchase atau pesan lagi?
Untuk Cream Cleanser dan Concentrated Serum, saya katakan YES!!!

Demikian review untuk Safi Age Defy.
Untuk lebih detailnya, Sahabat Cantik bisa lihat di Youtube Channel Emak Shaliha.


Klik link

https://youtu.be/ZErF1b53Qas

Semoga bermanfaat

Jumat, 14 Juni 2019

Tips! Merawat Wajah Berminyak dan Berjerawat Secara Alami



Assalamaualaikum, Sobat AyuSyar'i.

Masih dalam suasana lebaran yes, saya mengucapkan Taqobbalallahu minna waminkum, shiyamana wa shiyamakum. Maaf lahir batin, ya!

Kali ini saya mau kasih tips Merawat Wajah Berminyak dan Berjerawat dengan Bahan Alami. Seperti apa? Simak, ya!

Pertama, untuk mendapatkan kulit wajah yang sehat dan bersih, tentu harus dibersihkan secara rutin. Sehari minimal 2 kali, pagi sebelum bepergian dan malam sebelum tidur.

Nah, untuk perawatan kulit wajah berminyak dan berjerawat kali ini juga wajib didahului dengan membersihkan wajah. Pakai apa bagusnya? Saya biasanya membersihkan wajah 3 step. Pertama dengan menggunakan milk cleanser (yang mau pake mineral oil atau mineral water, dipersilakan). Setelah itu saya membersihkan dengan sabun bayi. Kenapa sabun bayi? Karena bayi aja cocok dan jadi lembut (gak bikin iritasi), apalagi buat wajah kita. Dan pembersihan terakhir memakai toner.

Dan, here we go! Perawatan kulit berminyak dan berjerawat.

Bahannya apa saja?
* Teh hijau yang sudah diseduh, ambil airnya (sepertiga gelas).
* Madu
* Kapas potong yang lembut.

Bagaimana caranya?

1. Setelah wajah dibersihkan (dengan 3 tahap di atas), campur air teh hijau dengan 1 sendok makan madu, aduk rata.




2. Ambil kapas potong dan bagi setiap potong menjadi 2, lalu celupkan ke dalam gelas teh hijau+madu tadi.



3. Pakai celupan kapas tersebut sebagai masker di wajah (ditutupkan ke seluruh wajah, kecuali mata dan.mulut).



4. Diamkan selama 20 menit dan angkat kapas. Setelah itu tepuk-tepuk wajah selama 1 menit. Lalu bilas dengan air dingin.



5. Pakai serum (terserah yang cocok dengan kulit wajah Anda).


6. Pakai pelembab (krim siang atau krim malam). Baru dilanjutkan make up kalau mau bepergian, atau siap tidur kalau malam hari.





Nah, mudah kan? InsyaAllah dengan ramuan sederhana ini, kulit wajah menjadi lebih cerah, minyak terkontrol, pori-pori mengecil, jerawat cepat kempes, dan glowing.

Karena ini adalah perawatan alami, tentu tidak bisa didapatkan hasil secara instan, dengan kata lain harus telaten. Setiap hari sekali selama 20 menit.

Nah, selamat mencoba ya, Sobat AyuSyar'i.

Untuk menonton video lengkapnya bisa dilihat di Youtube Channel Emak Shaliha.
Klik link:
https://www.youtube.com/watch?v=Z3EBwJAdg_8&t=121s




Selasa, 29 Agustus 2017

Purbasari Hi-Matte Lip Cream, yang Bikin Kesengsem



Ngomongin soal make-up, apa sih must item yang harus dipunyai bagi setiap cewek? Kalau saya sendiri, must item yang wajib ada adalah lipstik alias gincu alias lipen/benges (bahasa Jawa). Kenapa oh kenapa? Karena bibir saya ini termasuk jenis yang kering dan tampak hitam. Kalau anak saya bilangnya, “Bibir Umma abu-abu.” Duh, jujur amat kamu, Nak!
Maka dari itu saya paling gak pede kalau kemana-mana gak mulasin bibir pake lipstik meskipun sekadarnya. Asal gak terlihat kering dan hitam aja. Sudah cukup sih bagi saya.
Lipstik seperti apa sih yang saya pilih? Sebenarnya saya suka lipstik yang ringan gak nggedibel (terasa tebal), makanya saya punya koleksi lipstik yang glossy atau sheer. Tapi kekurangan lipstik jenis ini adalah gampang hilang. Baru juga dipakai sudah dadah-dadah alias goodbye. Apalagi kalau lagi minum suka nempel di gelas, tambah goodbye lagi. Makanya saya gak suka pake lipstik jenis ini kalau mau kondangan atau acara resmi. Ya, palingan saya pake kalau pengajian. Secara ya, gak mungkin saya pengajian pake lipstik yang tebal-tebal. Ntar dikira mau arisan hehehe.
Nah, maka dari itu saya pilih  lipstik yang matte karena dia bisa tahan lama. Tapi, kebanyakan yang matte itu rasanya tebal banget, udah gitu terasa kering, terlihat pecah-pecah, dan lengket. Jadi lipstik jenis ini cuma saya pake kalau kondangan. Atau biar gak kering saya awali dulu dengan pakai lipbalm. Agak ribet sih ya, harus dua kali gitu.
Tapi sekarang saya gak khawatir sih kalau mau pake lipstik jenis matte. Karena baru saja berkenalan dengan lip cream (lipstik berbentuk liquid) keren yang #AkuBanget. Namanya Purbasari Hi-Matte Lip Cream. Lip Cream matte yang satu ini paling tidak punya 5 keunggulan nih dibanding merek lain. yaitu:
·         Lebih pigmented. Jadi, keunggulan Purbasari Hi-Matte Lip Cream ini sekali usap aja sudah berwarna dan rata. Jadi gak perlu berkali-kali usap. Lebih hemat, dong!
·         Lebih tahan lama. Saya udah buktikan. Dipakai di pagi hari, sampai siang masih ada lho. Gak dadah-dadah goodbye gitu.
·         Rasanya ringan, gak nggedibel. Ini emang syarat pertama kalau pilih lipstik. Soalnya bibir udah gede, kalau nggedibel nanti tampak ndomble hehehe.
·         Mengandung antioksidan dan UV Filter. Jadi gak perlu khawatir saat bibir kita terkena polusi atau sinar matahari, insyaAllah terlindungi.
·         Cepat kering (fast drying) dan gak nempel di mana-mana. Saya punya koleksi matte lip cream dari merek lain, jujur Purbasari Hi-matte Lip Cream ini cepet banget kering. Dioles sebentar langsung nempel, gak perlu nunggu lama. Jadi lebih hemat waktu juga. Dan senengnya lagi gak nempel di gelas, di baju, di kerudung. Waah, asyik kan?
Untuk saat ini Purbasari Hi-Matte Lip Cream mempunyai 5 pilihan warna, yaitu 01 Vinca, 02 Azalea, 03 Lantana, 04 Zinnia, dan 05 Freesia. 01 Vinca warnanya paling nude, tapi gak cocok untuk kulit gelap seperti saya. Cocoknya buat yang kulitnya putih atau kuning langsat. Yang paling jadi favorit dan cocok dengan kulit wajah saya yang sawo matang adalah 02 Azalea dan 03 Lantana. Warnanya alami dan gak terlihat berlebihan. Cantik pokoknya.



Ini penampilan wajah tanpa make up sama sekali. Pucat kan, ya?


Ini pake Purbasari Hi-Matte Lip Cream yang 02 Azalea (my fav ever!)


Ini pake Purbasari Hi-Matte Lip Cream 03 Lantana (my fav also!)

04 Zinnia ini warnanya shock pink atau pink fusia. Suka deh warnanya, meski gak cocok di kulit saya. Tapi sering saya pakai untuk merias orang, warnanya cantik dan cocok untuk remaja. Sedangkan 05 Fressia, warnanya paling glamour. Cocok banget untuk kondangan atau make-up pengantin. Suka juga sama warna ini.


Ini pake Purbasari Hi-Matte Lip Cream 04 Zinnia

Penampakan warna aslinya kalau disandingkan seperti di bawah ini;

Jadi, bagi perias seperti saya. 5 jenis Purbasari Hi-Matte Lip Cream ini wajib punya, karena saya harus merias banyak orang dengan jenis kulit yang beragam. Teman-teman juga bisa memilih warna lip cream sesuai dengan warna kulit wajahnya, ya. Ayo, buruan coba!




Rabu, 17 Mei 2017

Mompreneur Gak Boleh Setengah-setengah


Assalamualaikum!
Dear pembaca... sudah setahun ya blog ini kosong melompong, dan akhirnya setelah perjuangan keras membukanya (sebab kata sandi lupa hehe), ni blog bisa dibuka lagi. eh tapi tenang saja, saya gak akan bikin blog ini melompong lagi kok. Mulai sekarang bakalan dilukis dan diisi dengan banyak warna dan cerita.

Dimulai dari ngomongin soal mompreneur ya. Apa sih mompreneur itu? kenapa pula saya tiba-tiba ingin ngomongin soal mompreneur. Secara sederhananya, Mompreneur adalah seorang wanita (ibu) yang juga melakukan wirausaha untuk menambah keuangan rumah tangga. Nah, karena saya juga pelaku a.k.a mompreneur, makanya saya tertarik ngomongin masalah ini.

Seperti sudah saya tulis dalam postingan setahun lalu (duh dek, malu aku... ketahuan betapa malasnya saya nulis), bahwa semenjak saya resign dari pekerjaan kantoran, saya memutuskan untuk fokus berwirausaha di bidang rias, kerudung nikah dan aksesoris pernikahan lain. Dan alhamdulillah, menginjak tahun ketiga resign, saya sudah mempunya brand yang cukup dikenal, yaitu AyuSyar'i. Yang dulu hanya ngurusin soal rias dan sewa baju nikah, kini sudah merambah ke pengadaan dekorasi pernikahan, fotografi, kerudung nikah, dan souvenir nikah.


Meski untuk ukuran bisnis ini belum seberapa, tapi alhamdulillah bisa menambah pundi-pundi tabungan heheh. Bahkan sempat merasa amazing, sebab dulu saat masih kerja kantoran dan belum punya anak saja tabungan di bank gak pernah melebihi angka 3 juta. Kini setelah resign, usaha sendiri, tabungan di bank selalu membuat saya tersenyum bahagia. Heheh, gak perlu saya bisikin berapa, biarlah jadi rahasia hehehe. Padahal saat ini sudah ada anak, dan kebutuhan semakin naik. Tahu sendiri dong TDL aja naik, harga ini itu mencekik, tapi alhamdulillah semua terpenuhi. 

Kembali ke masalah Mompreneur. Dulu saat saya masih kerja kantoran mikirnya usaha sendiri itu pasti lebih santai gak perlu dari jam segini sampai jam segini, bisa dikerjakan di rumah sendiri pula Tapi begitu sudah menjalani wirausaha, saya justru menyadari bahwa menjadi Mompreneur gak boleh setengah-setengah. Harus totalitas juga. kalau dikerjakan dengan santai, hasilnya pun santai. Tapi kalau dikerjakan sungguh-sungguh, hasilnya juga waaaw... luar biasa. Saya sudah merasakannya. Jadi anggapan kerja di rumah itu santai, perlu banget dikoreksi. Apalagi Mompreneur yang gak punya ART alias asisten rumah tangga, sudah pasti harinya semakin sibuk. Ngurus rumah sekaligus ngurus bisnisnya. Tak jarang tidur di atas jam 1 malam adalah hal yang lumrah bagi Mompreneur.


Tapi jangan menyerah, kata-kata ini untuk saya sendiri dan buat para Mompreneur, saat ini mungkin kita merasakan capek yang luar biasa. Tapi insyaAllah tak lama lagi kita akan merasakan hasil dari perjuangan kita sebagai Mompreneur sekaligus wondermom bagi keluarga kita. Apalagi kalau kita sudah mulai merencanakan mengembangkan usaha kita, bukan lagi wirausaha personal, tetapi menjadi bussiness with team. InsyaAllah tidak akan sehiruk pikuk saat ini. Jadi, nikmati saja kehebohan hari ini, dan mulailah merencanakan usaha yang lebih besar dan maju. 




Salam Kuat dan Semangat, Mompreneur!
Btw, bagi yang membutuhkan Kerudung Nikah Cantik AyuSyar'i bisa hub nomor di bawah ini ya. 
085725093121

Kamis, 18 Februari 2016

Kerudung Akad, Kerudung Nikah, #KerudungAyuSyar'i

Assalamu'alaikum, Sahabat Syar'i!

Alhamdulillah, AyuSyar'i bertambah lagi koleksinya. Setelah Suvenir Nikah Paling Murah dan Baju Pengantin Muslimah, kini kami meluncurkan produk baru, yaitu Kerudung Akad/ Kerudung Nikah #KerudungAyuSyar'i. Kami meluncurkan produk ini dikarenakan kebutuhan di pasar, yang mana para muslimah kesulitan untuk mendapatkan Kerudung Akad atau Kerudung Nikah yang elegan dan berkualitas tinggi. Kalau pun ada di pasaran, biasanya yang kualitasnya rendah dan kurang elegan.
Jadi, kami menawarkan solusi. Inilah, Kerudung Akad/ Kerudung Nikah, #KerudungAyuSyar'i.














Untuk pemesanan silakan hubungi kontak person di bawah ini.

AyuSyar'i Islamic Wedding Planner (Make-up, bridal, decoration, souvenir)
Asri Istiqomah: 085725093121