Asri AyuSyar'i

Selasa, 27 Juli 2010

Cerpen Leemin Hay rasa Korea Banget!

Assalamualaikum....
ini kali pertama aku mengisi blog ini selepas aku menikah....he he padahal dulu2nya juga gak aktif-aktif amat alias malas nulis di blog ho ho...
tapi setelah menikah, aku berazam (cie cie) akan semangat untuk menulis blog lagi. chayo!! hwaiting!!!

ini adalah cerpen yang dimuat di majalah Gizone edisi 15, judulnya Leemin Hay. ehmm....rasanya korea banget yach! yup, emang bener!!! cerpen saya kali ini adalah cerpen remaja dengan citarasa koreamania...maklum saja, saat ini hampir semua remaja di seluruh dunia sedang demam dengan segala hal yang berbau korea. ehmm, sebenarnya sih saya juga salah satu penggemar korea, tetapi saya berusaha tidak menjadi maniak korea. saya hanya menyukai bahasa serta budaya korea, dan berharap bisa melanjutkan studi di sana...alhasil saya harus memperbanyak pengetahuan plus meningkatkan kemampuan berbahsa korea saya.
akan tetapi banyak remaja justru salah kaprah saat menyukai korea, mereka menjadi histris saat melihat cowok2 dan cewek2 korea yang cute abiz! lalu mereka menjadi mengkhayalkan andai saja salah satu dari mereka bisa menjadi pacarnya atau pasangannya kelak. bahkan dia rela merogoh kocek dalem2 demi membeli majalah atau tabloid yang isinya foto si korea itu, atau untuk melihat konser artis korea idolanya itu. bahkan parahnya setiap tingkah laku mereka mencontoh orang2 korea, mulai dari pakaiannya yang harajuku abiz, sampai dengan kisah asmara para remajanya. nah, tentu hal ini tidak benar.
saya harap dengan membaca cerpen ini, para remaja bisa paham tentang arti suka atau maniak.

LEEMIN HAY

“Eh, lihat deh! Ini keren ya, waaaaa.....cakep,“ ujar gadis yang rambutnya dikepang tiga, Sisi namanya.
“Yang ini lebih cakep, suaranya…beeeuuuuuh...hebring euy!“ kata cewek yang rambutnya dikonde dua mirip Nacha. Namanya Lulu.
“Halah, lebih cute yayangku dong, udah cakep, suaranya keren, ngedancenya juga keren...kyaaaa,“ ujar gadis lain yang rambutnya dikuncir dua dengan pita berwarna pink dan jepit rambut stroberi dengan warna yang sama dengan pita. Kalau yang ini namanya Momo.
Ketiga gadis yang semenjak orok sudah bersama, dalam suka dan duka, dalam sedih dan senang (halah...) itu sedang mengerumuni majalah remaja yang baru dibeli Momo sepulang sekolah kemaren. Majalah itu penuh dengan gambar-gambar cowok-cowok Korea yang sebenarnya oke juga kalo dilihat, ya meskipun agak kecewek-cewekan gitu deh...(ho ho...ngaku nih ye!).
Emang saat itu virus Korea lagi hebrong (maksudnya lebih dari sekedar hebring) di Indonesia. Dimulai dari masuknya drama-drama Korea yang banyak menghiasi layar kaca, seperti Boys Before Bunga (BBB) yang menampilkan banyak bintang Korea seperti Rapi Amat, Dimas Beckam, Ayu Sih Tu, Chinda Bella dan Chelsea Milan (lho…lho…koq kayak artis Indonesia ya...).
Akibat virus itu, Momo cs jadi demen banget nonton film Korea dan dengerin lagu-lagu Korea. Alasannya sih filmnya oke, trus lagunya juga oke. Tapi kalau mau ditelusuri dan diinvestigasi setajam silet, cewek-cewek itu sebenarnya klepek-klepek sama cowok-cowok Koreanya!! Halah-halah...
“Eh, tahu nggak?! Si Leemin Hay itu katanya mo datang ke Indonesia lho,” kata Momo heboh.
“Leemin Hay? Yang main di film Tali Pocong itu?!!!!“ teriak Lulu.
“Ya iyalah, emang ada Leemin Hay yang lain?” Momo nyerocos.
“Waaaa, masak sih. Kapan? Mo ngapain? Mo syuting ya? Apa jumpa fans?” kejar Sisi dan Lulu tak kalah hebohnya.
“Nggak koq, doi gak mo konser ato syuting. Doi cuman mo ketemuan ma ceweknya.”
“Kyaaaaa….masak sih? Emang ceweknya di Indonesia? Lha sejak kapan? Koq gue ketinggalan beritanya?” Lulu protes.
“Iya nih, masak gue juga gak tau?” Sisi gak kalah sangarnya.
“Tenang-tenang, semua tenang. Kalian bakal kebagian foto dan tanda tangan gratis dari ceweknya Leemin Hay koq. Ceweknya doi udah ada di depan kalian ini he he,” Momo cengar-cengir.
Bukk! Majalah remaja itu sudah sukses menempel di muka Momo. Ya, Momo mendapat serangan bertubi-tubi dari dua cewek yang juga ngarep jadi ceweknya Leemin Hay.
“Ya udah deh, ntar kita bagi-bagi aja Leemin Hay-nya. (busyeet, emang sembako dibagi-bagi). Kalian dapat tanda tangan dan fotonya, aku dapat orangnya,” Momo nyengir lagi.
Kali ini cengirannya benar-benar berakibat fatal, karena kali ini bukan hanya majalah aja yang akan menempel di mukanya. Kedua sohibnya itu bahkan sudah melirik meja dan kursi yang ada di sekitar mereka. Demi melihat situasi yang sudah tidak terkendali Momo segera meninggalkan TKP dan berusaha mencari tempat aman.
“Eh, lo mau kemana?” teriak kedua sohibnya melihat Momo yang ngacir kalang kabut.
“Gue mo ke perpustakaan dulu. Mo pinjam buku untuk pelajaran Pak Tohar ntar,“ ujar Momo sambil melambaikan tangannya.
“Tumben amit si Momo pinjem buku, biasanya aja cuek beibeh gitu meskipun diceramahin ama Pak Tohar,” ujar Lulu sangsi. Sisi hanya bisa tersenyum dan mengangkat bahunya.
***
“Ya ampun, di mana sih buku yang dimaksud Pak Tohar itu. Masak perpustakaan sebesar ini harus diubek-ubek, kapan ketemunya? Lagian Pak Tohar itu aneh, kenapa juga harus buku Sejarah Indonesia terbitan Grampress, kenapa gak terbitan yang lain aja, kilogram kek...hektogram kek, atau apa gram gitu deh, jadinya kan gak susah gini!“ Momo terus-menerus mengomel.
Yah, Momo emang paling ogah ke perpustakaan, soalnya selain males baca buku, Momo phobia terhadap buku. Eit, bukan sembarang buku, lho. Momo paling takut dengan tumpukan buku, entah di perpustakaan atau di toko buku. Dia selalu merasa buku-buku itu akan menyerangnya dan memaksanya membuka mata dan membacanya sampai habis dan muntah-muntah. Beuuuh, bayangan yang aneh bukan?
Dan saat ini, Momo terpaksa bin gak rela berada di sebuah ruangan besar yang dipenuhi tumpukan buku bernama perpustakaan sekolah. Sebenarnya Momo sudah merasa pusing dan mual semenjak menjejakkan kakinya di pintu masuk. Tapi demi mendapatkan buku yang akan membuatnya menjadi anak baik selama pelajaran Pak Tohar itu, doi rela berputar-putar sambil sedikit terhuyung-huyung (lho koq malah seperti orang mabuk).
Saat kepalanya pusing berat plus badannya yang terhuyung-huyung itulah muncul sesosok yang bercahaya (setidaknya menurut Momo). Seorang cowok yang jangkung, mukanya cakep, kulitnya putih, berambut lurus dan disisir ke atas mirip sekali dengan cowok yang sepagian jadi bahan gosipan bersama kedua sohibnya itu. Siapa lagi, ya si Leemin Hay itu!
Momo menggosok-gosok kedua matanya, belum puas dengan digosok, matanya di kerjap-kerjapkan dengan maksud agar terlihat imut. Apa gue lagi mimpi, Momo mencubit pipinya sendiri. Aduuuh sakit, berarti....ini gak mimpi! Lee...Leemin Hay...kyaaaaa....!!!
“Kamu gak papa?” sosok bercahaya itu memandang Momo dengan pandangan sedikit takut. Wajar aja, wong gadis didepannya memandangnya dengan tidak berkedip, ditambah dengan senyum selebar tujuh centi ke kanan dan kekiri. Ini gadis waras gak sih, mungkin itu yang dipikir cowok itu.
“Gak, papa koq. Kka...kkaa....kkamuuu...Leemin Hay, kan?” tanya Momo terbata-bata. Saking kagetnya kali, ya.
Cowok tinggi plus cakep itu hanya tersenyum. “Bukan. Saya bukan Lee…Lee…siapa tadi?”
“Leemin Hay!” ujar Momo semangat.
“Ya, itu...saya bukan itu. Kamu salah orang,” cowok itu masih tersenyum. Duuuuuh, manis banget, sih! Kyaaaaa, Momo semakin terpesona.
“Trus namanya siapa?” ups, Momo langsung menutup mulutnya. Aduuuh, kepedean banget sih gue! Tapi…ah, peduli amat, amat aja gak peduli. Yang penting saat ini di hadapannya ada cowok kece dengan muka kece, rambut kece, dandanan kece, pokoknya kece semua deh. Ini kan kesempatan langka, pikirnya.
“Nama saya Saipul.”
Momo mengernyitkan dahi, koq namanya itu, kenapa gak nama yang lain aja. “Koq namanya Saipul, sih?”
“Lho, kenapa? Namanya jelek, ya?” ujar cowok yang keheranan dengan pertanyaan mengherankan dari cewek aneh dan agak mengherankan juga itu.
“Nggak! Bukan! Nggak jelek koq. Cuman…ehmm…kenapa gak nama yang lain saja? Misalnya aja Leemin Hay, Yoyon Jiho, Kim Bumay atau apa gitu yang keren. Nama Saipul kan kurang keren.” Cowok yang diprotes perihal namanya itu semakin terpana dengan keunikan gadis di depannya. Mimpi apa semalam sampai ketemu makhluk aneh yang imut ini, begitu pikirnya.
***
Sejak kejadian pertemuannya dengan sosok Leemin Hay yang punya nama asli Saipul itu Momo jadi sering ke perpustakaan. Bukan karena hobi membaca tiba-tiba telah bersemayam dalam jiwanya, tetapi doi hanya ingin bertemu dengan sosok yang membuat hatinya meleleh (lilin kaleee...). Apalagi Saipul memang bekerja di perpustakaan sekolahnya.
Dan anehnya, semenjak saat itu juga, Momo tidak lagi phobia dengan buku. Dia tidak lagi muntah-muntah jika berada di perpustakaan atau di toko-toko buku, malahan sekarang dia bisa berlama-lama di perpustakaan. Bisa berjam-jam doi nggendon di sana. Entah rencana apa yang tersembunyi di benaknya hiiiihiiiihiiiii (halah, malah horor gini sih!)
Untuk perkara yang satu ini, Momo agaknya sangat menyalahkan dirinya, kenapa tidak dari dulu-dulunya ke perpustakaan. Pasti kan sudah sejak lama doi bisa kenalan sama Leemin Hay, eh maksudnya Saipul itu. Akibatnya doi sekarang tidak menjadi satu-satunya petarung yang ingin mengambil hati sang petugas perpustakaan bermuka Korea abis itu. Karena ternyata selama ini fansnya Saipul udah seabgreg.
Lulu dan Sisi yang sebenarnya sudah tahu perihal Saipul alias Leemin Hay versi sekolah mereka itu hanya datar saja saat Momo menceritakan sosok Saipul dengan semangat berapi-api sampai berair-air, bayangin aja seperti Barack Obama yang lagi nyelam sambil pidato. Nah lho, gak nyambung kan?
“Udah lah, Mo! Gak usah ngimpi, si Saipul itu udah banyak fansnya. Mending mundur aja, daripada sakit ati,“ Sisi menimpali disambut anggukan Lulu.
“Apa? Mundur? Momo harus mundur cuman gara-gara cewek-cewek genit itu? No way, beteway n’ busway!“ tuh kan, semangat banget kayak Gajah Mada sedang bersumpah. Beuuuuh…!!!
Dan benarlah, Momo pun melaksanakan sumpahnya. Doi bertambah sering nyambangin perpustakaan, bukan hanya pas jam istirahat saja, bahkan pas jam pelajaran pun doi malah ngelayap ke perpustakaan. Sampai-sampai nilainya hancur karena selalu ketinggalan pelajaran. Dan ini semua dilakukannya demi si petugas perpustakaan yang cute abis itu. Ter…la…lu…
Seperti pepatah Spanyol yang berbunyi Pucuk dicinta ulam pun tiba, usaha dan perjuangan Momo membuahkan hasil. Ternyata si Leemin Hay itu juga kesengsem sama cewek imut dan agak aneh itu. Dan singkat cerita, keduanya pun jatuh cinta.
Tentu saja kisah percintaan mereka menjadi hal yang menghebohkan di sekolah. Bayangin aja, seorang penjaga perpustakaan sekolah berpacaran dengan seorang murid yang menjadi pelanggan perpustakaannya. Bahkan sebuah poling yang beredar di sekolah itu menobatkan si Momo dan Saipul Leemin Hay itu sebagai pasangan paling amatiran dan konvensional seantero sekolah. Entah siapa yang kurang kerjaan membuat poling itu, yang jelas nama keduanya semakin berkibar mengalahkan popularitas Andang dan Syahtini, yang sebelumnya dinobatkan dengan gelar serupa. Heh, aya-aya wae...!
Dan kian hari perilaku kedua insan yang sedang dilanda wabah DB alias demam bercinta itu kian membuat resah pihak sekolah. Pasalnya keduanya sering sekali mojok di perpustakaan sekolah hanya untuk bergombal ria, sampai-sampai si Saipul sering mangkir dari tugasnya sebagai petugas perpustakaan. Sebenarnya banyak pihak yang sudah mengingatkan, bahwa kelakuan mereka itu parah bin amit-amit jiddan, tapi keduanya menganggap semua peringatan itu seperti angin lalu. Beuuuuh…!
***

Siang itu seperti biasa, Momo dan Saipul lagi asyik berduaan di pojok perpustakaan. Saking asyiknya, kedua makhluk yang sedang seolah tak menghiraukan orang-orang yang berlalu lalang di dekat mereka.
“Bang Saipul….!!!!,” tiba-tiba seorang wanita yang sedang menggendong anaknya mengagetkan keduanya. Saking kerasnya teriakan itu, Momo yang tidak pernah mendengar teriakan super keras kecuali dari mulutnya sendiri itu sampai melongo.
“Bang Saipul! Begini ya kerjaannya kalau gak di rumah? Katanya sudah tobat? Dasar lak-laki hidung Zebra!“ wanita itu menarik kerah baju si Leemin Hay. Wajahnya merah, hidungnya merah, matanya merah, bahkan rambutnya juga merah! Wah, tampaknya wanita ini sedang marah besar, Momo gemetaran.
“Sabar, Neng! Sabar...! Abang bisa jelasin semuanya,“ Saipul berusaha meredam wanita yang sudah bersiap melayangkan tinjunya.
“Sabar??? Nih, aku kasih sabar!,“ Bukkkk! Sebuah pukulan sukses mengenai hidung Saipul, dan dalam sekejap Saipul sudah tergeletak di lantai.
Momo semakin gemetaran, apalagi dilihatnya wanita mendekatinya. Wajahnya sudah tidak merah, hidung dan matanya juga sudah normal, tapi…rambutnya masih merah menyala. Momo hanya bisa komat-kamit membaca ayat-ayat Al Qur’an yang dihafalnya. Tapi, karena hafalannya hanya surah Qul Huwallahu ahad saja, otomatis surah itu dibacanya berulang-ulang.
“Dek,” wanita itu memegang bahu Momo, sontak Momo hampir nangis. “Jangan takut, adek nggak salah koq. Saya gak akan memukul adek. Yang salah itu si Saipul itu. Dia memang brengsek! Sudah banyak cewek-cewek yang ditipunya, ngakunya masih bujangan, padalah dia itu sudah punya anak dan istri!!!” wanita itu masih meledak-ledak! Momo semakin gemetaran.
“Mm..Mbaaak ii…ni siapanya Bang Leemin Hay, eh maksudnya Bang Saipul,” Momo memberanikan diri bertanya.
“Nama saya Fitri asli dari Wonogiri. Saya Istrinya. Dan ini anaknya Saipul, namanya Rafa,” ujar wanita itu. Heee, koq namanya sama kayak di sinetron Cinta Siti kesukaannya Bik Nah itu ya, Momo nyengir.
“Baiklah, saya harus pulang. Adek harus hati-hati dengan laki-laki. Kebanyakan buaya, hanya sedikit yang cicak lho...he he maksud saya, hanya sedikit yang jujur. Adek harus hati-hati, ya,“ wanita yang mengaku istri sahnya Saipul Leemin Hay itu pamit sambil menyeret si Leemin Hay gadungan itu. Dan Momo hanya bisa menangis, antara sedih, sakit hati bercampur lega karena gak kena pukul si Fitri yang asli Wonogiri itu.
Hari berikutnya Momo demam. Seluruh keluarga besarnya, tetangga satu RT dan teman-teman sekelasnya ikut mengantar Momo ke rumah sakit, mereka khawatir Momo terkena penyakit yang parah. Tapi tim dokter yang menangani Momo, yang terdiri dari dokter tulang, dokter mata, dokter paru-paru, dokter bedah sampai dokter jantung semua mengatakan bahwa Momo gak harus opname. Karena Momo hanya terkena flu saja. “Yaaa, kirain...“ ujar para pengantar sambil beramai-ramai meninggalkan rumah sakit. He he...
***
Begitulah. Sejak episode tragis dengan sosok Leemin Hay itu, Momo mulai belajar lebih dewasa dan realistis. Dia tidak lagi tergila-gila dengan cowok Korea. Malah sebaliknya dia jadi ngeri. Sekarang Momo jadi phobia dengan segala sesuatu yang hubungannya dengan Korea, apalagi cowok Korea.
Tapi untung saja phobia bukunya tidak bersemayam lagi di jiwanya. Jadi doi tidak takut-takut lagi jika harus keluar masuk perpustakaan atau toko buku. “Setidaknya lo dapat satu manfaat dari kejadian ini, lo gak takut lagi sama buku,” ujar Lulu di suatu pagi. Kelas mereka sedang kosong, karena guru yang seharusnya mengajar sedang sakit.
Tiba-tiba tiga sekawan itu dikejutkan dengan suara-suara histeris para cewek dari luar kelas. Sontak ketiganya keluar untuk melihat apa sih yang membuat para cewek histeris seperti itu. Rupanya histeria itu muncul dari gerombolan cewek-cewek berisik plus bergaya sok asyik yang tengah mengerumuni sesuatu.
Karena penasaran, Momo cs segera menerobos barisan yang padat seperti semut yang rebutan gula itu. Dan...oww...oww...betapa Momo terpana melihat pemandangan di depannya. Sosok jangkung dengan kulit putih, dan rambut lurus disisir ke atas!!! Jauh lebih kece dari si Saipul Bin Mudin itu! Dan pastinya lebih Leemin Hay banget ketimbang petugas perpustakaan itu. Kyaaaaaaaaaa....!!!
Sisi dan Lulu hanya bisa geleng-geleng kepala, mereka khawatir bencana alam terdahsyat akan muncul lagi. Oh, tidaaaaak...!!! (Asri Istiqomah)