Asri AyuSyar'i

Senin, 27 Juni 2011

Kau Lebih Dari Indah


Assalamualaikum...
Annyeong Haseyo!!! pagi yang Indah ya...langit benar-benar biru! fu fu fu! pagi ini seneng banget, soalnya bisa dianterin ke kantor sama my prince. kyaaa....benar-benar kesempatan langka yang musti kusyukuri. hah, as you know...jarang banget aku bisa dianterin doi. secara doi juaaaaarang liburnya, masih mending sih ketimbang aku yang hampir gak ada libur kecuali sabtu minggu. itu juga lebih seringnya gak libur alias banyak kerjaan...fufufu siapa suruh sok sibuk As! ^^
but anyway, seperti yang udah kuungkapin di atas...pagi ini emang spesial. my prince yang baik hati bela-belain masakin air panas buat mandi aku he he, soalnya aku emang lagi masuk angin, jadi gak kuat dong pake air dingin. setelah berkemas, ternyata doi udah nyipain sarapan juga...alias beliin buryam (bubur ayam) kesukaanku...kyaaa...senengnya! tau aja kalau aku nih lapar banget, secara tadi malam gak makan malam ^^. habis itu dianter deh aku ke kantorku...brmmm...brmmm...lets go!
yah, my lovely husband emang ruaaaaar biasaaa! ruaaar biasa baiknya, ruaaaar biasa sayangnya dan yang paling oke nih ruaaar biasa sabarnya ngadepin aku yang cerewet, bawel, tukang ngambek, manja de el el. ehmmm, emang Allah Maha Adil, menjodohkan seorang manusia dengan manusia lain yang bisa saling menutupi kekurangan masing-masing dan saling melengkapi dengan kelebihan masing-masing. ehmm...subhanallah!
begitulah kisahku hari ini...indah sekali...dan tentunya terbawa sampai ke mana-mana. saat temen-temen kantor datang dengan muka tertekuk dan wajah cemberut...i dont mind...aku selalu merasa bahagia...karena my prince selalu membawa sinar bahagia itu. gomawo yobho! saranghaeyo nae nampyeon!
ehmm...aku nyanyikan sepotong lagu buat Abang,ya! mumpung suaraku lagi bagus-bagusnya... cekidot!
lagu pertama berjudul "Honey" dari KARA...(My prince sering banget dengar lagu ini, soalnya aku sering konser di kamar he he)

cek sound...cek sound...

"namanui honey honey honey
dorasoya honey honey honey
onjena neneul hanamanun wonhago inneunde
oh baby honey honey honey
nae mame honey honey honey
gonjena neul hanamaneun barago itjanana"

plok plok plok (bagus ya suaraku...^^)

lagu selanjutnya ini lebih Indonesia banget...sebenarnya aku gak terlalu suka sama penyanyinya (upsss...semoga penyanyinya gak liat blog-ku he he) tapi karena lagunya yaaaa baguslah, so aku nyanyiin aja.... lagunya berjudul "Kau Lebih Dari Indah" penyanyinya Nikita Willy....so,cekidot!

"Bagaimana caranya agar kamu tahu bahwa
kau lebih dari indah, di dalam hati ini
lewat lagu ini, aku ingin kau mengerti
aku sayang kamu, kuingin bersamamu..."

cia cia cia...mavlous...mavlous...mavlous...
suaraku emang keren ya (narsis he he). sebenarnya pantes kali ya kalo aku jadi membernya KARA...ehmm, secara suaraku gak kalah sama mereka...lho lho koq ngelantur....udah ahhh...hari ini cukup sampai di sini...udah siang,,,saatnya makan siang...
gamsa hamnida! wassalam...

Akhirnya Cerpenku Dimuat di Joglosemar!!! ^^


assalamu'alaikum...
sobatku...untuk kali ini aku gak akan berbicara tentang misuaku alias suamiku alias my lovely hubby ^^...
ya kali ini aku akan bercerita tentang cerpenku yang dimuat di sebuah harian Jawa Tengah, yaitu Joglosemar. Cerpen ini berjudul "Asa Mira" yang mengisahkan tentang kisah para TKW di Arab Saudi. actually, ni cerpen udah cukup lama aku tulis. ya sekitar dua bulanan yang lalu. saat itu aku mengikuti lomba menulis cerpen untuk sebuah komunitas para TKW gitu deh. tapi karena gak menang akhirnya cerpen itu aku simen di kompi terus.
sampai kemudian muncul kasus TKW Indonesia yang bernama Ruyati yang dihukum pancung di Arab Saudi, di mana kisah Ruyati mendapat banyak kecaman oleh bangsa Indonesia. Saat itulah aku teringat dengan salah satu cerpenku yang kini teronggok di kompi kantor. lalu segera aku copy file itu dan kemudian aku bantai di lepiku ini. dalam semalam aku sudah membantai dua cerpen, dan hasilnya alhamdulillah satunya udah dimuat. ya si "Asa Mira" itu ^^.
sedangkan cerpen selanjutnya judulnya sssttt...masih rahasia he he...kini sudah berada di tangan seorang editor sebuah harian. ya ya ya aku sih tinggal tunggu jawaban aja he he.
tapi bukan calon penulis yang hebat, jika setelah karya yang satu jadi dia hanya menunggu dan tidak menghasilkan karya yang lain. makanya aku langsung cari ide apa lagi yang bisa kubuat tulisan. ehmmm...sempet sih aku kepikiran ma prince-ku, kayaknya muka innocent doi bisa kujadikan ide tulisan he he. tapi koq ya nepotisme banget sih ^^ akhirnya niat itu kuurungkan...ya, untuk saat ini lah. karena suatu saat, aku rasa my prince emang cocok untuk jadi peran utama dalam kisah-kisah tulisanku. why not!
ide tulisanku selanjutnya ternyata justru datang tak terduga. ceritanya nih, aku dan my lovely hubby barusan pulang dari kantor. seperti biasa kami melewati jalanan ramai di dekat Pasar Gede,tak sengaja mataku tertuju pada sebuah restoran di pojok jalan. dari nama restoran itu terlihat bahwa restoran itu restoran cina...tapi anehnya, nih restoran dijaga sama seorang simbah yang udah uzur alias sepuh gitu loh! dan ni simbah, asli jawa alias pribumi, bukan warga keturunan tionghoa. keanehan kedua adalah ni restoran sepi banget...setiap kali lewat belum pernah aku melihat ada pelanggannya. tapi ya itu, selalu buka...gak pernah tutup. dan simbah tua asli pribumi itu gak pernah absen duduk di depan restoran menunggu pembeli datang. nah loh!
begitulah...dan ide itu aku tuangkan dalam sebuah cerpen. apakah judulya? ehmmm....rahasia dong! tunggu tanggal mainnya ya ^^
oke wassalamu'alaikum!!!

kalo mau tau cerpen "Asa Mira" silakan klik www.joglosemar.com. cari rubrik mingguan trus klik sub rubrik "budaya". silakan baca! ^^

Minggu, 19 Juni 2011

Bang Thoyib



Bang Thoyib, Bang Thoyib lama tak pulang-pulang
Anakmu-anakmu panggil-panggil namamu.

Masih ingat dengan lagu dangdut itu? Lagu yang menggambarkan seorang suami yang tidak pernah pulang-pulang, bahkan selama tiga kali puasa tiga kali lebaran...wuihh...suami yang aneh he he...
Ngomong-ngomong tentang Bang Thoyib juga, saya pernah mendengar seorang Ustadz yang bercerita tentang dirinya yang pernah disebut Bang Thoyib, bukan oleh istri beliau, tapi justru oleh anak beliau. Ceritanya sang Ustadz memang sering pergi untuk urusan dakwah. Ya, meski perginya tidak selama Bang Thoyib yang tiga kali puasa tiga kali lebaran. Tapi si anak ternyata merasa bahwa sang ayah sering pergi dan jarang pulang! Waduuh!
Hal seperti ini pasti juga pernah dialami oleh banyak ustadz atau orang-orang yang mendedikasikan dirinya di Jalan Allah SWT. Tak terkecuali suamiku he he. Suamiku ini meski nama aslinya bukan Bang Thoyib, tapi sesekali cocok deh dipanggil Bang Thoyib . Pasalnya suamiku ini juga sering pergi untuk urusan organisasi dan pekerjaannya. Rapat ini, rapat itu, pengajian ini, pengajian itu, training ini, training itu, belum lagi pekerjaan kantor yang bejibun. Beuh!
Sebenarnya saya paham sekali dengan aktifitas suami yang super padat itu. Karena sedikit banyak saya juga terlibat dengan aktifitas serupa, ya, meski tidak sebanyak beliau. Saya pun paham, karena sebelum menikah, kami juga sudah saling mengetahui aktifitas masing-masing, dan bersepakat untuk saling mendukung aktifitas itu.
Tapi setelah menikah, dan semakin ke sini...kadang merasa resah juga dengan hal itu. Ada rasa sepi saat ditinggal suami rapat atau acara di luar yang mengharuskan suami pulang larut malam atau bahkan sampai menginap. Ehmmm, kalo sudah begini, maka lepi selalu menjadi teman yang menghibur. Kadang protes juga sih, saya bilang, “Bang! Kenapa kita gak bisa seperti pasangan suami istri yang lain. Bisa sering makan malam bersama, malam mingguan, menghabiskan akhir pekan bersama, liburan ke luar kota seminggu full. sedangkan kita, jangankan liburan, bisa seharian berdua di rumah saja itu sudah luar biasa mahalnya...hiks hiks.”
Dan seperti biasa, setiap mendengar protes seperti itu, suami selalu memberi nasehat untuk bisa sabar. Katanya, “Beginilah, kalau kita dulu sudah sepakat menikah, berarti kita sama-sama tahu konsekuensinya bahwa kita berdua memang akan disibukkan dengan berbagai urusan dakwah. jadi Neng harus sabar ya.” Coba, bagaimana saya tidak melting kalo suami sudah bicara bijak kayak gini he he (lebay). Tapi iya lho, suami selalu bisa menenangkan kalo saya sedang meledak-ledak, soalnya jawabannya emang logis sih.
Dan kerennya, suamiku gak cuman bijak di perkataan aja. Biasanya begitu aku protes tentang minimnya waktu bersama, suami langsung memberikan surprised yang bikin saya terkejut. Ya iyalah, namanya juga surprised he he. Ada-ada saja surprisednya...kadang tiba-tiba mengajak makan malam di luar (stilah saya nge-date he he), kadang membelikan es krim, kadang membawakan jus jambu biji, dan yang terakhir ini yang paling sering (padahal sebenarnya saya tuh sukanya jus mangga atau sirsak, tapi seringnya malah membawakan jus jambu. Fufufu...heran deh!) Tapi by the way, saya senang dengan surprised-surprised itu...rasanya tersandung eh maksudnya tersanjung begitu he he.
Kembali ke topik. Sebenarnya hal yang wajar, ketika istri atau anak kita kadang protes dengan minimnya kehadiran kita di sisi mereka. karena pasangan dan anak-anak kita tentu juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang kita. Jujur, saya sendiri sering tidak tenang kalau suami pergi hingga larut malam atau sampai menginap. Selalu saja ada yang saya khawatirkan, misalnya bagaimana perjalanan pulangnya, selamat atau tidak, kedinginan atau tidak. Terus kalau menginap di luar rumah sering terpikir bagaimana makannya, bagaimana tidurnya, banyak nyamuk ato tidak he he sok perhatian ye?! Dan kalau udah begini biasanya mau tidur juga gak tenang (halah lebay he he).
Ada juga hal lain yang sering membuat para istri resah kalau suaminya pergi lama, yaitu godaan yang dahsyat di luar sana. Dan repotnya, ini yang paling bikin para istri bete ketimbang beberapa alasan di atas lainnya. Tapi saya sih tidak seperti itu. Suer! Saya biasa saja kalau masalah itu, soalnya yakin banget suami bakalan setia dunia akhirat (amiin). Soalnya mukanya innocent banget, dan gak ada tampang gak setia he he. Ya, paling-paling kalau pulang telat saya miscal-miscal, trus telpon dan sms, “lagi di mana? Dengan siapa? Sekarang berbuat apa?” he he (teteup).
Tapi di sisi lain, sebenarnya bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan saat pasangan kita (suami atau istri) sibuk dengan aktifitas, asalkan aktifitas itu bermanfaat untuk banyak orang. Karena meskipun pasangan kita itu milik kita, mereka juga milik umat. Umat juga membutuhkan peran dan potensi dari pasangan kita tersebut. Asalkan sejak awal terjalin komunikasi yang seimbang antara suami istri tentang peran dan tugasnya, tentang berbagai aktifitasnya baik di dalam maupun di luar rumah, dan berusaha menyeimbangkan keduanya, maka keluarga tersebut akan bisa menjadi keluarga yang harmonis.
Nah, dari situlah kita bisa memaknai, bahwa pernikahan akhirnya harus mampu mewujudkan sebuah keluarga yang bahagia sekaligus memberi kebaikan kepada masyarakat. Keluarga yang mampu bersama-sama dengan anggota masyarakat lainnya untuk membangun sebuah negara yang adil, makmur dan tunduk kepada ketentuan Tuhan Yang Maha Esa.

* coretan semalam...saat suami sudah tertidur lelap, sedangkan aku masih saja insomnia...fufufu...
** coretan ini benar-benar karangan pribadi saya, jika ada kesamaan nama, karakter, waktu dan tempat kejadian. Sungguh! Itu benar-benar tidak saya sengaja. Sungguh! ^^

Senin, 13 Juni 2011

Aku dan Laki-laki Berkopiah Itu




Solo, 13 Juni 2011
Bismillah…
Pagi ini aku terbangun dengan kepala pening (maklum, beberapa hari ini aku memang sedang drop). Aku melihat sosok yang sedang tersenyum hangat yang sedang duduk di sebelahku, lengkap dengan sarung dan kopiah tersayangnya. Aku melihat jam HP, masih jam 03.51. “Sudah sholat?” tanyaku. Ia mengiyakan. Aku tersenyum, seketika pening di kepalaku menguar sedikit demi sedikit. Alhamdulillah Ya Rabb, Engkau memberiku hadiah seorang Imam yang Shalih.
Aku pun kembali merebahkan tubuh (maklum aku sedang tidak boleh sholat he he). “Dingin ya?” ia bertanya sambil membenarkan letak selimut. Aku mengangguk pelan. Hawa desa yang dingin memang membuat orang malas untuk bangun, apalagi untuk aku yang mulai terbiasa hidup di lingkungan yang berhawa panas. Laki-laki berkopiah itu menepuk-nepuk punggungku, nyaman, aku memang sangat suka dengan hal itu (bahkan sering aku tidak bisa tidur sebelum ia menepuk-nepuk punggungku). Tak lama kemudian aku sudah kembali terlelap, namun masih kudengar sayup-sayup suara laki-laki berkopiah itu bercengkrama dengan suara ayahku. Tampaknya mereka menunggu waktu Subuh tiba.
Aku benar-benar terbangun saat laki-laki berkopiah itu sudah pulang dari sholat Subuh di masjid. Masih memerlukan waktu cukup lama bagiku untuk beradaptasi dengan hawa dingin pagi ini. Aku heran dengan diriku, desa ini adalah tempat kelahiranku, dan rumah ini adalah rumah aku dibesarkan. Tapi aku masih saja belum bisa beradaptasi dengan hawa dinginnya. Sedangkan laki-laki berkopiah itu tampak biasa-biasa saja. “Bergeraklah! Maka kau tak akan kedinginan lagi,” begitu katanya.
Kulakukan apa yang dikatakannya…aku segera melangkah keluar kamar dan menuju dapur. Kulihat Ibu sedang memasak air di kompor. “Wis tak godhogke wedang, mengko di enggo adus,” kata ibu begitu melihatku. Duuuh, malu aku! Untung tidak sedang di rumah mertua he he. Selesai mandi air hangat, aku segera bersiap-siap. Pagi ini jadwal kepulanganku ke Solo, setelah dua hari menjenguk keluarga di desa kelahiranku, Sambi. Kulihat laki-laki berkopiah itu pun sudah berganti kostum dengan seragam mengajarnya. Sarung dan kopiah kesayangannya disimpan rapi di lemari.
Sedih rasanya harus kembali ke Solo, rasa rinduku kepada Ayah dan Ibu belum pupus sedikit pun. Tapi, berbagai amanah telah menanti, dan tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Yang penting cita-citaku untuk pulang kampung tepat di satu tahun hari pernikahan aku dan laki-laki berkopiah itu tunai sudah. Cita-cita untuk mengenang hari pertama di mana aku dan laki-laki berkopiah itu sudah menjadi halal untuk bersama, akhirnya tercapai sudah (nggak banyak lho yang bisa he he).
Ya. Hari ini, 13 Juni 2011, adalah milad pertama pernikahan kami. Aku dan laki-laki berkopiah itu. Aku dan suami tercintaku. Banyak kisah yang telah kami torehkan berdua selama setahun ini. Memori tentang perkenalan yang berlanjut dengan ta’aruf, hingga prosesi akad nikah yang mengharukan setahun lampau, begitu jelas terbayang di benak.
Lalu mengalirlah memori-memori lain tentang kisah cinta yang terajut pasca pernikahan, beserta kisah kedukaan dan kelucuan yang mengiringinya. Semua terekam jelas seperti sebuah putaran film. Ya, film cinta dan kehidupan kami. Tak terasa, air mata keharuan menangkup di pelupuk mata.
Setahun sudah kami melangkah berdua. Aku menyadari bahwa aku bukanlah wanita sempurna, dan dia pun bukan laki-laki sempurna. Aku dan dia sama-sama ada kurangnya, tapi aku dan dia pun sama-sama ada kelebihannya. Aku bahagia, karena hingga saat ini Allah terus mengikat hati-hati kami dengan tali cintaNya, hingga kami saling rela dengan kekurangan masing-masing. Aku bahagia, karena hingga saat ini tidak pernah kulihat di mata laki-laki berkopiah itu, kecuali pancaran cinta dan kesetiaan. Bagi wanita, apa lagi yang diperlukan kecuali kedua hal itu? 
Hari ini, aku pun bercermin. Sudahkah aku menjadi istri yang shalihah baginya? Sudahkah aku taat terhadap perintah-perintahnya? Sudahkah aku menerima dengan rela seberapa pun rizki yang ia bawa? Dan sudahkah aku menjadi istri yang mampu mengantarkan sang suami menjadi laki-laki yang mulia? Aku berharap, aku bisa menjadi istri yang terbaik baginya. Laki-laki berkopiah yang sederhana. Laki-laki berkopiah yang bijaksana. Laki-laki berkopiah yang amat kucinta.
Happy First Wedding Anniversary, Honey!