Asri AyuSyar'i

Senin, 13 Juni 2011

Aku dan Laki-laki Berkopiah Itu




Solo, 13 Juni 2011
Bismillah…
Pagi ini aku terbangun dengan kepala pening (maklum, beberapa hari ini aku memang sedang drop). Aku melihat sosok yang sedang tersenyum hangat yang sedang duduk di sebelahku, lengkap dengan sarung dan kopiah tersayangnya. Aku melihat jam HP, masih jam 03.51. “Sudah sholat?” tanyaku. Ia mengiyakan. Aku tersenyum, seketika pening di kepalaku menguar sedikit demi sedikit. Alhamdulillah Ya Rabb, Engkau memberiku hadiah seorang Imam yang Shalih.
Aku pun kembali merebahkan tubuh (maklum aku sedang tidak boleh sholat he he). “Dingin ya?” ia bertanya sambil membenarkan letak selimut. Aku mengangguk pelan. Hawa desa yang dingin memang membuat orang malas untuk bangun, apalagi untuk aku yang mulai terbiasa hidup di lingkungan yang berhawa panas. Laki-laki berkopiah itu menepuk-nepuk punggungku, nyaman, aku memang sangat suka dengan hal itu (bahkan sering aku tidak bisa tidur sebelum ia menepuk-nepuk punggungku). Tak lama kemudian aku sudah kembali terlelap, namun masih kudengar sayup-sayup suara laki-laki berkopiah itu bercengkrama dengan suara ayahku. Tampaknya mereka menunggu waktu Subuh tiba.
Aku benar-benar terbangun saat laki-laki berkopiah itu sudah pulang dari sholat Subuh di masjid. Masih memerlukan waktu cukup lama bagiku untuk beradaptasi dengan hawa dingin pagi ini. Aku heran dengan diriku, desa ini adalah tempat kelahiranku, dan rumah ini adalah rumah aku dibesarkan. Tapi aku masih saja belum bisa beradaptasi dengan hawa dinginnya. Sedangkan laki-laki berkopiah itu tampak biasa-biasa saja. “Bergeraklah! Maka kau tak akan kedinginan lagi,” begitu katanya.
Kulakukan apa yang dikatakannya…aku segera melangkah keluar kamar dan menuju dapur. Kulihat Ibu sedang memasak air di kompor. “Wis tak godhogke wedang, mengko di enggo adus,” kata ibu begitu melihatku. Duuuh, malu aku! Untung tidak sedang di rumah mertua he he. Selesai mandi air hangat, aku segera bersiap-siap. Pagi ini jadwal kepulanganku ke Solo, setelah dua hari menjenguk keluarga di desa kelahiranku, Sambi. Kulihat laki-laki berkopiah itu pun sudah berganti kostum dengan seragam mengajarnya. Sarung dan kopiah kesayangannya disimpan rapi di lemari.
Sedih rasanya harus kembali ke Solo, rasa rinduku kepada Ayah dan Ibu belum pupus sedikit pun. Tapi, berbagai amanah telah menanti, dan tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Yang penting cita-citaku untuk pulang kampung tepat di satu tahun hari pernikahan aku dan laki-laki berkopiah itu tunai sudah. Cita-cita untuk mengenang hari pertama di mana aku dan laki-laki berkopiah itu sudah menjadi halal untuk bersama, akhirnya tercapai sudah (nggak banyak lho yang bisa he he).
Ya. Hari ini, 13 Juni 2011, adalah milad pertama pernikahan kami. Aku dan laki-laki berkopiah itu. Aku dan suami tercintaku. Banyak kisah yang telah kami torehkan berdua selama setahun ini. Memori tentang perkenalan yang berlanjut dengan ta’aruf, hingga prosesi akad nikah yang mengharukan setahun lampau, begitu jelas terbayang di benak.
Lalu mengalirlah memori-memori lain tentang kisah cinta yang terajut pasca pernikahan, beserta kisah kedukaan dan kelucuan yang mengiringinya. Semua terekam jelas seperti sebuah putaran film. Ya, film cinta dan kehidupan kami. Tak terasa, air mata keharuan menangkup di pelupuk mata.
Setahun sudah kami melangkah berdua. Aku menyadari bahwa aku bukanlah wanita sempurna, dan dia pun bukan laki-laki sempurna. Aku dan dia sama-sama ada kurangnya, tapi aku dan dia pun sama-sama ada kelebihannya. Aku bahagia, karena hingga saat ini Allah terus mengikat hati-hati kami dengan tali cintaNya, hingga kami saling rela dengan kekurangan masing-masing. Aku bahagia, karena hingga saat ini tidak pernah kulihat di mata laki-laki berkopiah itu, kecuali pancaran cinta dan kesetiaan. Bagi wanita, apa lagi yang diperlukan kecuali kedua hal itu? 
Hari ini, aku pun bercermin. Sudahkah aku menjadi istri yang shalihah baginya? Sudahkah aku taat terhadap perintah-perintahnya? Sudahkah aku menerima dengan rela seberapa pun rizki yang ia bawa? Dan sudahkah aku menjadi istri yang mampu mengantarkan sang suami menjadi laki-laki yang mulia? Aku berharap, aku bisa menjadi istri yang terbaik baginya. Laki-laki berkopiah yang sederhana. Laki-laki berkopiah yang bijaksana. Laki-laki berkopiah yang amat kucinta.
Happy First Wedding Anniversary, Honey!

6 komentar:

  1. Till the end of the day, right! Happy Wed Anniversary.

    BalasHapus
  2. wach keren mbak, mudah - mudahan saya bisa kayak gitu besok, sakinah mawaddah wa rahmah.

    BalasHapus
  3. kaira: thanks kai...semoga kebaikan juga untuk kaira dan keluarga...amiin
    kreong: amiin, saling mendoakan dan menguatkan ya...

    BalasHapus
  4. to twet.. jadipengin..selamat yah.. moga barokah selawe..

    BalasHapus
  5. elrowi: maturusuwun doanya, semoga segera dipertemukan dengan bidadarinya :)

    windi: opo dek? pengin ya he he he...

    BalasHapus