
Sepasang Kaki tegak disinari mentari pagi
Ia melangkah gagah menyambut asa di depan mata
Tak dihiraukan kerikil tajam dan tebing curam
Hatinya menyala, ibarat api yang menari ditiup angin
Sepasang Kaki terus berjalan
Ibarat waktu yang tiada pernah sekalipun duduk diam
Hatinya membulat tekadnya tertambat
”Dunia akan bersinar!” itu katanya
Muharam berganti Muharam, hingga Ramadhan berkali-kali datang
Sepasang Kaki mulai mendua
Bukan! Bukan karena ingin mendua
Hanya mulai lelah bersitegak di kedua kakinya
Sepasang Mata mulai bersuara...mendemo kedua kakinya
Ia bahkan menyuarakan opsi tidak percaya dan menuntut ”Pengadilan” menghukumnya
Begitu saja capek!” katanya.
”Memalukan!” lanjutnya
Sepasang Kaki meradang mendengarnya
Ia mendongak dan mengacungkan telunjuknya
”Apa kamu menutup mata dengan realita?”
Sepasang Kaki jengah melanjutkan langkah
Sepasang Mata menyapu sekitarnya
Matanya bersiborok dengan tebing curam, terjal dan berkerikil tajam
Dilihatnya kanan, kiri, depan, belakang
Semua kosong. Tak ada sesiapa pun di dekatnya
Sedetik kemudian matanya menunduk menatap Sepasang Kaki
”Kau benar, aku terlampau memuja idealita,”
Sepasang Mata mulai berair
Sepasang Kaki kini berbaring di tanah.
”Kau benar, ternyata hanya ada kita berdua,” lanjut Sepasang Mata
”Kau salah, di sini hanya ada kita saja,” kata Sepasang Kaki.
Sepasang Mata tak lagi bisa membendung derasnya air
Sepasang Kaki terdiam saja
Mendung hampir menghitam saat bumi bergetar oleh derap kaki-kaki
Angin sendu hampir berkesiur saat sunyi berganti riuh si penyemangat
”Kami ada bersamamu,” Sepasang Tangan terulur, seulas senyum tersungging
Sepasang Mata kini tak berair, Sepasang Kaki tegak kembali
***8***
”Perumpamaan kaum mukminin dlm kecintaan dan kasih sayang mereka adalah bagaikan satu jasad. Jika satu anggota tubuh merasa sakit, maka anggota tubuh yg lain juga merasakannya dengan perasaan demam dan terjaga (tidak bisa tidur)” (H.R Muslim)